Rabu, 31 Mei 2017

ETIKA

Ya. Malam ini terpikir untuk menulis beberapa hal tentang etika.
Mungkin, kalo kita bicara tentang etika, saya meyakini bahwa 80 % etika terbentuk karena pengaruh dari keluarga. Jadi, kalau saya melihat orang etikanya tidak baik, setengah pikiran saya sdh pasti mengarah "oh mungkin doa di keluarga diajarkanya begitu".
Saya ini, bukan cewe kalem halus , ga sama sekali.. ngakak sama temen sering sampe keselek, bilang bercanda sambil pake kata goblok juga sering *kalo org blm perna aku bercandain pake kata goblok, honestly itu artinya aku ga gitu cocok temenan sama dia*
. Konteksnya bercanda. TAPI kita harus tau cara respect sama orang.
Saya, sama temen sepantaran mmg bebas aja.. mau ngomong apa ga masalah, yg penting ud bnr bnr kenal jadi enak , ga akan nyakitin.
Lain halnya dengan orang tua. Walaupun saya sama mama papa saya sendiri lebih kayak sahabat daripada kayak orang tua, cara bercanda dll , tapi 1 hal.. saya menghormati mereka.
Contohnya :
Setiap makan, pasti dari kecil dibiasakan buat bilang "mak wo yao je fan" , "kung kung wo yao ji zhi zho qian" , " mak , tia makan" , "xie xie" "kung tia pulang dulu" "mak, tia ijin ke toilet"  emang ada bbrp sodara yg ngomongnya msh pake mandarin, tapi aku ga pinter mandarin. Jd kalo cm blg gtu ya bisa lah ya.
Tapi balik lagi, itu tata krama di keluargaku.
Tiap ketemu mak atau kung pasti cium pipi, sama jabat tangan.

Mama selalu respect sama cowo yg kalo ngajak anaknya, minta ijin ke mama secara langsung. Bukan cuma bilang "ak ws di depan turuno". Tapi masuk ke dalem, jabat tangan, dan ijin mau pergi sama anak nya. Ga cuma cowo sih? Cewepun juga begitu.

Di kos kosan skg pun, aku kalo ketemu orang tua temanku, pasti aku jabat tangan , dan bilang halo tante apa kabar? Tante sehat?

Makan.. aku selalu nyoba kalo ada org lewat, menawarkan selamat makan.

Pernah suatu ketika saat SMA, aku pulang lebih dari jam 9, kebetulan aku tidur di rumah kakek, hbislah sudah aku kena sidang 1 jam krena anak cewe pulang malam, walaupun sama mama di bolehkan , tapi standard pakem org tua pasti beda beda kan. Dan aku ga complain tentang hal itu. Its okay. Ga masalah.

Di keluargaku pun, juga seolah olah mendidik "perempuan harus serba bisa", bahkan nenekku pernah bilang "kamu kalo tau makanan enak, kamu harus bisa masak, kalo kamu ga bisa masak, jgn blg makanan org ga enak"

Waktu SD akupun di kunci di kamar mandi hanya karena makanku ga habis. Sampe sekarang aku pasti selalu habiskan makanan. Tiap makanan sisa ak mikir aja, dulu pernah di didik kayak gitu.

Aku bukn cewe sempurna yang ngomongnya halus, ga pernah benci sama org, slalu patuh perintah org tua, enggak. Tapi aku belajar untuk "menghormati"  mereka sebisa aku, dan semampu aku.
Aku gamau jadi orang egois, yg cuma hidup di dunia wktu ak butuh org aku baik, wktu ga butuh aku ga perduli.

Ternyata..  setelah aku dewasa, aku sadar betul bahwa banyak anak seumurannku yang ga tau etika atau tata krama, rasa "respect" ke org lain ilang. Entah ilang atau entah karena dari kecil tdk diajarkan.

Jadi gaul itu bagus.. tapi kalo ga sopan, ga hormat sama org tua, itu ga bagus :)

Sabtu, 06 Mei 2017

PACARAN KUDUS


PACARAN KUDUS
TIDAK AKAN PERNAH ada pernikahan kudus tanpa ada pacaran yang kudus. MUSTAHIL , jadi kalo mau pernikahanya kudus , pacaranya juga harus kudus 
1 Tes 4:6
“ dan supaya dalam hal hal ini, orang jangan memperlakukan saudaranya dengan tidak baik atau memperdayakanya , karena Tuhan adalah pembalas dari semuanya ini, seperti yang telah kami katakan dan tegaskan dahulu kepadamu”
Memperlakukan saudaranya berarti artinya  masih di level pacaran
Memperdayakanya artinya eksplorasi dosa , manipulasi “ i just want your sex, i want your body”
Sebenernya pacaran itu ngapain aja sih ? apa saja agendanya ? harusnya pacaran bisa di notulenkan, ada agendanya , banyak orang disiapkan untuk cari pacar , then what ? karena antara pacaran dan menikah ada titik bahaya , inget ga sih waktu kita single kita banyak berdoa untuk dapet pacar, tapi kadang setelah kita dapat pacar, eh.... konsistensi doa kita jadi berkurang, padahal saat pacaran itu bisa ada di 2 sudut pandang yaitu “grey area” atau “mencuri start untuk investasi ke pernikahan”
By the way , Please be WISE dalam kontak fisik dengan pacar, karena goal dari pacaran adalah pernikahan , a relationship is call to holly than to be happy, KUDUS dulu, baru happy , sex is happy , tapi happynya setelah kita melalui kekudusan
`10 agenda pacaran kudus :
1.       Belajar mengekspresikan diri dengan cara  yang kecil, cthnya pegangan tangan itu gapapa, kalo udah pacaran 1 tahun tetap pegangan tangan gpp, karena kalo ga pegangan tangan pasti cepat bosan , ibarat kita makan ada hdangan pembuka dan menu utama , menu utama itu seks yang baru bisa dii dapat setelah menikah, sedangkan hidangan pembuka itu pegangan tangan  jd nikmatilah hidangan pembuka itu,  jangan sampe dari tangan menuju ke lain lain, JANGAN MENDAKI KE PUNCAK.
2.       Jangan tergesa dalam gairah
Bedanya sama yang pertama, jangan ada agenda maju soal fisik, salut sama orang yang pacaran di atas 2 th, bahkan di atas 4th, dan mereka berhenti hanya di pegangan tangan dan cium BIASA , AVOID lip kissing
3.       Jangan beri makan fantasi
Berpikiran seks sekali kali itu normal bagi kita yang pubertas , ga dosa kalo Cuma lewat otrak kiri, keluar lewat otak kanan, yang penting JANGAN DIIJINKAN , JANGAN DIRENUNGKAN, pikiran seks bisa di kontrol , liat goblin lama lama jadi goblik makanya hati hati juga sama hiburan , jangan beri makan fantasi sebab nda di kasi makanpun datang kok, org terbelenggu dosa bukan karena dosa terlalu kuat, tapi karena orang itu kasi makan dosa terus ke dirinya , kadang apa yang kita liat apa yang kita dengar mempengaruhi pikiran dan imajinasi kita
4.       Ingat si dia punya siapa
Kalo punya pacar itu harus ingat bahwa dia masih punya orang tuanya, bukan punya kamu , pastikan kalo pacaran selalu ingat bahwa pacarmu itu belum milikmu, karena kamu belum antarkan dia ke altar pernikahan,dia blm bilang “i do” , dia masih putra  putrinya Tuhan Yesus dan milik orang tuanya NOT YOURS NOT YET, karena itu JANGAN DIAPA APAKAN, her body is not yours
5.       Buat perjanjian dengan Tuhan dan perbaharui setiap hari
Contoh “pacaran harus jadi berkat, harus mengembalikan kasih Tuhan” dan diperbarui setiap hari, karena manusia pelupa, menggebu gebu ingin kudus tapi kdg ketikan jatuh cinta lupa
6.       Undang Hadirat Tuhan sebelum kencan
Buat kesepakatan antara dia dan kamu , bersama sama berdoa , bersama sama saat teduh , minimal berdoa dulu sebelum kencan , kalian lakukan apa saja untuk tampak menarik, tapi kenapa ga usaha untuk melindungi hubungan kekudusan kalian ?
7.       Berdua bicarakan ekspektasi dan standard
Pacaran itu lebih banyak word bukan touch , bicara tentang ekpektasi supaya hubunganya kudus , otomatis akan saling sungkan karena ada standard yang di utarakan cukup di awal pacaran si cewe atau cowo bilang "aku mau kita pacaran kudus ya" jgn blg macem mcem kayak jgn ciuman ya jgn peluk ya blabla.. yg ada pasanganmu kabur , ckup tegaskan bahwa bagi km hub kalian itu adalah kudus
8.       Jangan SELALU berduaan
Hati hati kalo kalian pacaran di tempat yg ga ada org lain , pihak ketiga untuk pacaran selalu jd berkat, tapi kalo nikah PANTANG pihak ketiga , momok yg namanya hormon kadang gabisa diusir hanya dalam nama Tuhan Yesus lebih baik dihindari berduaan di tempat yg ga bisa dijangkau orang lain, bioskop itu hati hati juga kan gelap, ajak lah teman , biar jd obat nyamuk, ditraktir jg, itung itung menghindarkan diri lah saat hormon itu muncul
9.       Utamakan kasih diatas cinta
Agenda pacaran bukan untuk bercumbu yg ujungnya seks , seks diluar pernikahan tidak akan menjadi berkat , mending bicara hal hal yg fun, romantis, lucu yg sifatnya lebih ke “jiwa” bukan ke hawa nafsu
10.   Kembalilah ke Tuhan
Kalo selama ini kalian udah terlanjur mbablas, kembalilah ke TUHAN , atau kembali ke nomor 1 , jdikan ekspresi biasa ke luar biasa, jangan lagi ke arah situ, liat “mata” pasangan aja kita udh bisa meleleh jatuh cinta tapi harus melihat seks

10 hal diatas diharapkan bisa membuat orang paham bahwa pacaran kudus adalah pacaran yg lebih sehat di segala aspek. Semoga pacaran kalian bisa kudus ya, karena gapernah ada pernikahan kudus tanpa ada pacaran yg kudus :)

Jumat, 05 Mei 2017

HANYA ISYARAT RECTOVERSO

Entah hijau, entah coklat muda.
Belum pernah kulihat bola mata berwana hijau, jadi tidak bisa terlalu yakin. Dan tempat ini didesain dengan penerangan yang buruk. Remang yang malah tidak romantis. Remang yang membuat segalanya tidak jelas.

Namun hanya tempat ini yang masih buka.Hiburan yang tersedia adalah tayangan pertandingan sepak bola dini hari dari televisi 14 inci dan kumandang lagu disko era satu dekade silam serta kerlap-kerlip bohlam warna-warni yang sebaiknya jangan dilihat lebih dari satu menit karena membuat mata sakit.
Tinggal empat manusia yang tersisa, dan satu diantaranya. Karenanya aku bertahan. Satu-satunya betina yang menguapkan feromon di sekumpulan makhluk jantan. Secara alamiah tak mungkin aku dilewatkan. Namun mereka malas menggubris karena tidak pernah ada pembicaraan menarik keluar dari mulutku sejak hari pertama kami semua berkenalan. Sementara aku tetap menyandang status “kenalan“, mereka sudah menjadi tiga serangkai - sahabat temporer yang dikondisikan waktu dan tempat. Aku merasa tidak rugi. Yang menarik dari mereka hanyalah dia. Dan dia bukanlah pembicaraan. Dia adalah tujuan. Tujuan bertahan.

Satu diantara mereka menghampiri meja bar, meminta lampu warna-warni itu dimatikan. Rupanya mereka tidak lagi tahan. Cuma aku yang tidak terganggu. Kelap-kelip itu menjadikanku semacam latar yang kadang menyerupai manusia kadang bukan. Dan dalam keraguan orang akan merasa lebih baik diam. Kehadiranku jadi tidak perlu dikonfirmasi. Aku butuh lampu-lampu itu. Satu diantara mereka sampai berteriak senang begitu sakelar lampu dipadamkan. Yang tersisa tinggallah sinar rembulan dan lampu berkekuatan kecil yang menyerupai penerangan lilin. Malam mendadak manis. Tempat itu mendadak romantis. Aku tidak suka. Tanpa sengaja dia menoleh ke arahku. Mereka tidak bisa lagi menghindar. Aku pun tidak bisa lagi menyamar menjadi latar.
Sebuah kursi didekatkan ke meja mereka, dan dia mempersilakan aku duduk.
Dia, yang paling kucari. Tapi tidak dalam jarak seperti ini. Kursi kami yang berdempetan membuat tempurung lutut kami bersinggungan.
Andai ada pintu masuk disitu, akan kuselundupkan setengah bahkan tiga perempat jiwaku untuk merasukinya, untuk membaca pikirannya, memata-matai perasaannya. Cukup seperempat saja jiwaku berjaga di meja itu, untuk tersenyum sopan, tertawa kecil, dan merespon ‘oh’ atau ‘oooh’ atas percakapan apa pun. “Kami sedang melakukan satu permainan“, dia menjelaskan. “Bertukar cerita paling sedih,” temannya menambahkan, “yang terpilih jadi juara akan mendapatkan . . . ini”.
Sebuah botol bir yang masih utuh digeser ke pusat meja. Cepat kujelaskan bahwa aku tidak minum bir sehingga tidak perlu ikut berlomba. Cepat pula mereka melontarkan ide baru, bahwa bagi yang tidak minum bir akan disediakan hadiah lain, yakni kesempatan untuk memilih siapa pun untuk melakuan apa pun dan tidak boleh ditolak. Ide itu disambut baik. Bahkan ide bir sebagai hadiah utama dilengserkan. Satu demi satu bercerita. Kisah putus cinta, kisah kehilangan teman, dan kisah bencana alam. Tiba gilirannya.

Dia berkisah tentang cahaya. Dia pernah mati suri, dan dalam tidurnya ia melihat padang hijau, lalu cahaya besar. Namun di saat cahaya itu hendak merengkuhnya, ia justru terbangun. Semua orang yang saat itu menungguinya terbaring koma tentu saja bergembira. Tapi ia tidak. Hatinya bahkan patah. Ia menemukan cinta sejati dalam sebuah cahaya entah apa, yang cuma bisa ditemui saat mati suri atau mati betulan. Pertemuan yang teramat mahal. Akhirnya dia memutuskan untuk jadi pertapa di abad modern, menjadi manusia yang mengatasi cinta insani dan berjuang untuk mrnghikmati cinta ilahi. Demi kembali menemukan cahaya itu, tanpa perlu tunggu koma atau ko’it. Ketiga temannya termenung. Sulit berempati pada kisahnya. Aku juga termenung. “Giliran kamu”, suaranya memecah kesunyian.
Kepalanya menoleh ke arahku, matanya menatap mataku. Cepat aku menatap bulan yang lebih mudah dihadapi. Sejenak aku teringat botol bir yang berembun tadi, aku teringat trotoar tempat kami berjalan dan kakinya yang kubiarkan melangkah beberapa meter di depan, aku teringat siluet punggungnya yang menghadap panggung di bar yang kami kunjungi sebelum ini,aku teringat kehidupanku beberapa hari yang lalu sebelum bertemu dengannya, aku teringat ke mana aku harus kembali setelah malam ini, dan ke mana ia pergi nanti.

Aku mulai berkisah, tentang satu sahabatku yang lahir di negeri orang lalu menjalani kehidupan keluarga imigran yang sederhana. Setiap kali ibunya hendak menghidangkan daging ayam sebagai lauk, ibunya pergi ke pasar untuk membeli bagian punggungnya saja. Hanya itu yang mampu ibunya beli. Sahabatku pun beranjak besar tanpa tahu bahwa ayam memiliki bagian lain selain punggung. Ia tidak tahu ada paha, dada, atau sayap. Punggung menjadi satu-satunya definisi yang ia punya tentanga ayam.
Mereka semua senyap, lalu memandangiku. Mereka tidak menduga kata-kata sebanyak itu meluncur keluar dari orang yang selama ini mereka kira arca. Dan betapa gemas mereka menanti lanjutan cerita tentang punggung ayam di negeri orang.

Aku meghela napas. Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa. “Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia menikmati punggung ayam tanpa tahu ada bagian yang lain. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya tidak mengetahui apa yang tidak sanggup saya miliki”. Kusudahi kisahku seraya menyambar botol bir yang tidak lagi jadi piala dan mendadak terlihat sanagat menarik. Mereka semua berpandang-pandangan, mencari sang juara. Aku menunduk dan memilih tidak ikut serta. Tahunan tidak mengecap alkohol, bir ini menjadi lebih dahsyat dari semua kisah sedih tadi. Tiba-tiba kudengar mereka bertepuk tangan. Dia bahkan menyalamiku. Kisahku dinobatkan jadi juara, dan kini saatnya menentukan hadiah yang kumau. Siapa dan melakukan apa. Mereka begitu bersemangat menunggu titah dari mulutku yang ternyata penuh kejutan. Untuk pertama kalinya aku menjadi bagian dari mereka, sekelompok sahabat temporer yang bertemu di satu tempat asing dan kelak hanya akan berkim surat elektronik. Namun bukan itu yang kucari. Aku hanya ingin kembali ke tempatku, di belakang sana. Menikmati apa yang kusanggup, Bukan di meja ini, bukan di sebelahnya, bukan bersentuhan dengan kakinya. Malam itu, sebagai hadiah kisah sedihku tentang cinta sebatas punggung dan punggung ayam di negeri orang, aku memilih dia. Aku menyuruhnya pergi ke bar dan menyalahkan lampu warna-warni tadi. Kemudian aku permisi pergi ke tempat dudukku semula, supaya sekembalinya ia nanti, diriku sudah berubah menjadi latar tak jelas yang tak perlu diajak bicara.
Tempat ini kembali remang tak romantis. Ia kembali menjadi sebentuk punggung yang sanggup kuhayati, yang kuisyarati halus melalui udara, langit, sinar bulan,atau gelembung bir .
Matanya hitam
Ditutupi oleh sebuah kacamata
Senyuman dan kepintaran serta kesederhanaanya sudah ku rekam di ingatanku.
Itu sudah lebih dari cukup.