hitam putih kehidupan
Minggu, 24 Februari 2019
Senin, 18 Desember 2017
Resolusi
Resoulusi.
-Sidang paling lambat maret
-cari kerja *mosok iyo meh nganggur*
-kuliah s2 notariat
-nabung untuk kursus
-ajak mamah jalan jalan liburan
-tidak malas malasan lagi
-kurang kurangi pegang Hape
- selalu bilang maaf kalo salah, dan terimakasih.
- lebih sabar.
Senin, 31 Juli 2017
Brokenhome.
Halo, selamat malam.
Malam ini mau bahas tentang broken home, entah kerasukan angin apa, cuma kayaknya emang lagi pengen bahas. Dari dulu sebetulnya sudah ingin bahas, tapi rasanya msh kurang ilmu untuk di sharekan, setelah belajar sana sini, tengok sana sini, akhirnya sekarang sdh merasa bisa untuk angkat tema ini.
Dulu atau bahkan sampe sekarang aku sering banget punya temen (pasti) yg ngomongin orang, orang yg diomongin ini anggep aja jd subjek atas kekepoanya dia, atau org tsb punya perilaku yg buruk, nah teman saya ini pasti blg "maklum aja, dia broken home".
Atau ada anak nilainya jelek, trus temenya blg "ya maklum aja kan broken home". Seolah olah segala perilaku yg buruk selalu dikaitkan dengan kata kata yg seolah olah dia adalah korban broken home.
Ya, jd broken home itu apa sih? Kondisi dimana mama dan papa sdh tdk mnjd suami istri lagi. Entah karena faktor apapun yg jelas ikatan perkawinan itu sdh diakhiri.
Pasti ada 2 kondisi yg melatar belakangi:
1. Rumah tangganya memang sudah tidak bs diperbaiki dengan cara apapun.
Contoh: aku mau kasih contoh tapi tingkat toleransi org sama pasanganya beda beda. Jd versi aku : wktu salah 1 udah main tangan, atau salah 1 ada main di belakang (selingkuh).
2. Rumah tangganya MASIH bisa diperbaiki, tapi manusianya yg tdk mau berusaha. (Mungkin lebih ke arah "ego")
Nah, untuk pasangan yg belum di karuniai anak, mgkin tdk mnjd masalah untuk berpisah, tapi kalo sdh ada anak?? Mjd hal yang cukup rumit.
Sebetulnya, membangun rumah tangga dalam waktu yg lama demi "mempertahankan" keutuhan keluarga walaupun sdh tdk ada cinta, supaya anak ga jadi korban, adalah hal yg SALAH.
Apakah pasangan yg bertengkar setiap hari, tdk akan menekan psikis anak?
Apakah ayah atau ibu yg jarang pulanh tanpa penjelasan tdk akan dipikirkan oleh anak?
Apakah ketika org tua membanting barang, anak tdk akan terpengaruh?
Hal yg bodoh menurutku bwt tetap mempertahankan rumah tangga yg sdh tdk bs dipertahankan dengan alasan "kasian anak". Si anak itu, suatu saat kalo udh gede mereka akan hidup dengan keluarga kecil mereka, bukan dengan org tua itu lagi, jd untuk apa mereka memaksa bertahan untuk anak?
Yg menyedihkan, bukan tetang "broken home" , tapi yg menyedihkan adalah saat si ank harus memilih salah 1 orang tuanya , yg menyedihkn adlah saat anak itu tdk di pertemukan dengan ibunya, karena "dendam" suami terhdap istrinya, yg menyedihkan adalah saat sosok "ayah" tdk di dapatkan setelah kelurganya broken home. Itu yg BIKIN ANAK menjadi hancur.
Cerai tu kan yg berpisah suami istri, bukan ayah anak, ibu anak. Bukan. Mereka tetap orang tua. Yg tetap memiliki tgs mengayomi, mendidik dan memberikan kasih sayang pada anak.
Tapi kebanyakan pasangan tdk dewasa, sehingga anaknya mjd korban.
Pilih mana :
A. Org tua bertengkar terus di rumah tapi ga cerai, mjd pemandangan anak.
B. Org tua bercerai tapi bahagia dengan hidup msg msg dan tetap sayang anak.
Rumah ayah dan ibu deketan (walaupun tdk serumh), ayah selalu menemani tidur, stiap pagi ibu selalu antar makanan ke rumah ayah dan menemui si anak, lalu ayah mengantar anak sekolah. Pulang sekolah, ibu menemui anak, dan makan bersama, lalu ayah, ibu dan anak ini pergi nonton bioskop bareng, tdk sebagai suami istri, tapi sbagai ORANG TUA. Saya yakin, anak pasti lebih memilih pilihan B daripada A.
Tidak semua anak anak broken home memiliki karakter buruk, yg kalian liat anak itu buruk, itu bukan faktor broken home, tapi itu KEPUTUSAN ANAK ITU sama hidupnya sendiri. Lagian, broken home itu ga ada indikasinya sama kepribadian anak, jd ga bisa dipukul rata. Tdk akan ada korban, selama para pihak sdh dewasa.
Kalo udh kepribadianya jelek, org tuanya broken , lalu muncul embel embel "maklum, anak broken home". Menurutku kok ga masuk akal. Sikap anak yg tetap nakal sama hidupnya saat dia dewasa, itu bukan salah org tuanya, tapi KEPUTUSAN anak itu sendiri bwt ngerusak hidupnya dengan cara ga berdamai dengan masa lalu.
Jadi hati hati dengan istilah "broken home", krena BELUM TENTU dia kehilangan sosok org tua, krena bs saja dia sendiri yg tdk berdamai dengan masa lalunya :)
Sabtu, 15 Juli 2017
When she fell in love with you
she fell in love with you because when you went to the fridge to get yourself a drink you got her one without asking her.
She fell in love with you because when you had amazing day at work and she had terrible day at work,you didnt say " yeah yeah yeah but let me tell you about my day" but you sat and listened to her awful day and you didnt say a thing about your amazing day.
this is why she fell in love with you.
I cant tell you exactly what day, it was no particular you did, it was the accumulation of all of those little things.
that she wokeup one day, as if she pressed a button, she goes " i love him"
the same with relationship ,its not about event, its not about intensity, but its about CONSISTENCY.
Rabu, 31 Mei 2017
ETIKA
Ya. Malam ini terpikir untuk menulis beberapa hal tentang etika.
Mungkin, kalo kita bicara tentang etika, saya meyakini bahwa 80 % etika terbentuk karena pengaruh dari keluarga. Jadi, kalau saya melihat orang etikanya tidak baik, setengah pikiran saya sdh pasti mengarah "oh mungkin doa di keluarga diajarkanya begitu".
Saya ini, bukan cewe kalem halus , ga sama sekali.. ngakak sama temen sering sampe keselek, bilang bercanda sambil pake kata goblok juga sering *kalo org blm perna aku bercandain pake kata goblok, honestly itu artinya aku ga gitu cocok temenan sama dia*
. Konteksnya bercanda. TAPI kita harus tau cara respect sama orang.
Saya, sama temen sepantaran mmg bebas aja.. mau ngomong apa ga masalah, yg penting ud bnr bnr kenal jadi enak , ga akan nyakitin.
Lain halnya dengan orang tua. Walaupun saya sama mama papa saya sendiri lebih kayak sahabat daripada kayak orang tua, cara bercanda dll , tapi 1 hal.. saya menghormati mereka.
Contohnya :
Setiap makan, pasti dari kecil dibiasakan buat bilang "mak wo yao je fan" , "kung kung wo yao ji zhi zho qian" , " mak , tia makan" , "xie xie" "kung tia pulang dulu" "mak, tia ijin ke toilet" emang ada bbrp sodara yg ngomongnya msh pake mandarin, tapi aku ga pinter mandarin. Jd kalo cm blg gtu ya bisa lah ya.
Tapi balik lagi, itu tata krama di keluargaku.
Tiap ketemu mak atau kung pasti cium pipi, sama jabat tangan.
Mama selalu respect sama cowo yg kalo ngajak anaknya, minta ijin ke mama secara langsung. Bukan cuma bilang "ak ws di depan turuno". Tapi masuk ke dalem, jabat tangan, dan ijin mau pergi sama anak nya. Ga cuma cowo sih? Cewepun juga begitu.
Di kos kosan skg pun, aku kalo ketemu orang tua temanku, pasti aku jabat tangan , dan bilang halo tante apa kabar? Tante sehat?
Makan.. aku selalu nyoba kalo ada org lewat, menawarkan selamat makan.
Pernah suatu ketika saat SMA, aku pulang lebih dari jam 9, kebetulan aku tidur di rumah kakek, hbislah sudah aku kena sidang 1 jam krena anak cewe pulang malam, walaupun sama mama di bolehkan , tapi standard pakem org tua pasti beda beda kan. Dan aku ga complain tentang hal itu. Its okay. Ga masalah.
Di keluargaku pun, juga seolah olah mendidik "perempuan harus serba bisa", bahkan nenekku pernah bilang "kamu kalo tau makanan enak, kamu harus bisa masak, kalo kamu ga bisa masak, jgn blg makanan org ga enak"
Waktu SD akupun di kunci di kamar mandi hanya karena makanku ga habis. Sampe sekarang aku pasti selalu habiskan makanan. Tiap makanan sisa ak mikir aja, dulu pernah di didik kayak gitu.
Aku bukn cewe sempurna yang ngomongnya halus, ga pernah benci sama org, slalu patuh perintah org tua, enggak. Tapi aku belajar untuk "menghormati" mereka sebisa aku, dan semampu aku.
Aku gamau jadi orang egois, yg cuma hidup di dunia wktu ak butuh org aku baik, wktu ga butuh aku ga perduli.
Ternyata.. setelah aku dewasa, aku sadar betul bahwa banyak anak seumurannku yang ga tau etika atau tata krama, rasa "respect" ke org lain ilang. Entah ilang atau entah karena dari kecil tdk diajarkan.
Jadi gaul itu bagus.. tapi kalo ga sopan, ga hormat sama org tua, itu ga bagus :)
Sabtu, 06 Mei 2017
PACARAN KUDUS
10 hal diatas diharapkan bisa membuat orang paham bahwa pacaran kudus adalah pacaran yg lebih sehat di segala aspek. Semoga pacaran kalian bisa kudus ya, karena gapernah ada pernikahan kudus tanpa ada pacaran yg kudus :)